Sudah lama saya menantikan video klip 'Coke Bottle'. Penasaran dengan video klip Agnez Mo yang katanya mengguncang jagad MTV di negeri Paman Sam itu. Saya bukan penggemar fanatik Agnez Mo, tapi membayangkan kualitas suara dan koreografi Agnez Mo membuat saya bersemangat menjelajah dunia youtube.
Tapi nyatanya, saya kecewa berat, terheran-heran. Jika boleh berpendapat, rasanya tidak ada Agnez Mo di lagu dan video itu. Apakah demi go international, identitas diri harus ditanggalkan dan menggantinya dengan tren yang berkembang di negeri orang?
Lalu, saya tergelitik untuk mengutak-atik frasa 'Agnez Mo go international'. Dengan kasus yang sama, bagaimana jadinya kalau kata Agnez Mo digantikan dengan 'orang Indonesia' atau 'arsitektur Indonesia' atau 'fashion Indonesia' atau masih banyak lagi.
Bagaimanapun juga, saya tidak bermaksud menghakimi apa yang dipilih oleh Agnez Mo karena saya hanya melihat dari salah satu perspektif. Perspektif ke-nusantaraan.
Jika boleh berpendapat, di bidang apapun akan lebih bermakna jika memilih go international dengan rasa Indonesia. Nusantara memiliki beragam potensi keberagaman kultur, budaya, seni dan nilai yang layak untuk terus dikembangkan. Justru dengan keunikan identitas yang tidak dimiliki bangsa lain inilah yang akan menjadi daya tarik manusia Indonesia.
Nusantara bagaikan baju dan sikap yang akan selalu merepresentasikan manusia Indonesia. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Baju tanpa sikap hanya akan menyisakan tampilan visual tanpa menampilkan jiwa nusantara. Sikap tanpa baju hanya akan memberi kesan dangkal dan terlupakan karena tampilan visual adalah yang paling mudah direkam. Maka dari itu, dalam setiap pilihan dan langkah, baju dan sikap hendaklah tetap melekat sebagai identitas diri.
Memang, sering kali kita merasa rumput tetangga nampak lebih hijau. Bisa jadi memang seperti itu, karena kita tidak pernah merawat rumput kita sendiri. Tambahkan saja 'sedikit' kepekaan dan kebanggaan akan nusantara ini. Karena meskipun hanya 'sedikit' namun jika dilakukan oleh banyak orang, maka seyogyanya nusantara dan bangsa ini akan tetap menjadi bangsa yang besar.
Seandainya malam ini masih punya tenaga untuk keluar dari kamar kos, saya akan pilih brem Bali ketimbang coke bottle untuk menemani melanjutkan lanturan berikutnya. hmm.
Tapi nyatanya, saya kecewa berat, terheran-heran. Jika boleh berpendapat, rasanya tidak ada Agnez Mo di lagu dan video itu. Apakah demi go international, identitas diri harus ditanggalkan dan menggantinya dengan tren yang berkembang di negeri orang?
Lalu, saya tergelitik untuk mengutak-atik frasa 'Agnez Mo go international'. Dengan kasus yang sama, bagaimana jadinya kalau kata Agnez Mo digantikan dengan 'orang Indonesia' atau 'arsitektur Indonesia' atau 'fashion Indonesia' atau masih banyak lagi.
Bagaimanapun juga, saya tidak bermaksud menghakimi apa yang dipilih oleh Agnez Mo karena saya hanya melihat dari salah satu perspektif. Perspektif ke-nusantaraan.
Jika boleh berpendapat, di bidang apapun akan lebih bermakna jika memilih go international dengan rasa Indonesia. Nusantara memiliki beragam potensi keberagaman kultur, budaya, seni dan nilai yang layak untuk terus dikembangkan. Justru dengan keunikan identitas yang tidak dimiliki bangsa lain inilah yang akan menjadi daya tarik manusia Indonesia.
Nusantara bagaikan baju dan sikap yang akan selalu merepresentasikan manusia Indonesia. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Baju tanpa sikap hanya akan menyisakan tampilan visual tanpa menampilkan jiwa nusantara. Sikap tanpa baju hanya akan memberi kesan dangkal dan terlupakan karena tampilan visual adalah yang paling mudah direkam. Maka dari itu, dalam setiap pilihan dan langkah, baju dan sikap hendaklah tetap melekat sebagai identitas diri.
Memang, sering kali kita merasa rumput tetangga nampak lebih hijau. Bisa jadi memang seperti itu, karena kita tidak pernah merawat rumput kita sendiri. Tambahkan saja 'sedikit' kepekaan dan kebanggaan akan nusantara ini. Karena meskipun hanya 'sedikit' namun jika dilakukan oleh banyak orang, maka seyogyanya nusantara dan bangsa ini akan tetap menjadi bangsa yang besar.
Seandainya malam ini masih punya tenaga untuk keluar dari kamar kos, saya akan pilih brem Bali ketimbang coke bottle untuk menemani melanjutkan lanturan berikutnya. hmm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar