50 besar Rumah Tropis Indonesia ARBBI 2012
Tim S.A.M : Tobias Kea Suksmalana, Roby Aria Samudra, Michael Priambada
Arsitektur tradisional telah mati dan setiap generasi memiliki hak untuk berbudaya. Sehingga tidak ada relevansinya jika mendesain di zaman sekarang namun masih terpaku pada bentuk-bentuk tradisional. Yang perlu diwarisi dan dilestarikan adalah nilai-nilai tradisional yang tersembunyi di balik bentuk-bentuk arsitektur tradisional.
Konsep besar desain terbentuk dengan mengadopsi intisari unsur-unsur lokal dengan ruang lingkup budaya di Indonesia. Aplikasinya adalah dengan mencoba mentransformasikan rumah tropis tradisional ke arah relevansi zaman yang kontemporer.
Perspektif
Beberapa aspek kenusantaraan yang dipetik adalah sebagai berikut :
- Kemiringan atap yang curam dalam beberapa rumah adat di Sumatera, hingga Papua untuk menanggapi curah hujan tinggi di Indonesia.
- Orientasi rumah Joglo di Yogyakarta yang menghadap ke Selatan merupakan ekspresi adat setempat dalam menanggapi iklim tropis Indonesia dengan membuka arah pendopo pada arah dimana angin kering non-uap air yang berhembus dari selatan ke utara.
- Prinsip rumah panggung dengan maksud memberikan ruang peresapan air yang lebih juga coba diangkat sebagai solusi dari masalah koefisien dasar bangunan dan kontrol udara untuk ruang di atasnya menggunakan air kolam.
- Kontekstualitas dengan site terpilih juga menjadi satu upaya dalam pencarian jati diri rumah tropis Indonesia, yaitu ‘batik Kawung’ Jogja sebagai elemen detail arsitekturalnya.
Perspektif interior