Jumat, 19 Juli 2013

Merawat, Menghidupi Mimpi Lewat Bambu



Siapa tidak tahu bambu ? Saya yakin seluruh nusantara tahu apa itu bambu, karena pada dasarnya bambu selalu ada di tiap jengkal tanah air ini. Namun yang menjadi pertanyaan, sejauh mana kita mengenal bambu? Ya, bambu identik dengan material murah yang murahan dan tidak awet. Persepsi inilah yang kini melekat di sebagian besar masyarakat kita.
Di sisi lain, kini material bambu mulai diminati beberapa kalangan praktisi arsitektur dan interior. Seiring berkembangnya teknologi, maka ada banyak kesempatan dan teknologi pengawetan (yang kini mulai bermunculan obat awetan herbal) dan finishing bambu.
Sebagai lulusan jurusan arsitektur, saya ingin punya spesialisasi. Pilihan saya jatuh pada bambu. Kenapa bambu ? Karena bagi saya, bambu sangat luar biasa. Sifatnya lentur, bisa menyentuh seluruh golongan manusia dari yang katanya paling elit sampai yang paling bawah. Jika bicara permasalahan sosial, bambu bisa jadi solusi khususnya saat terjadi bencana. Cepat, mudah ditemui dan tentu saja murah menjadi alasannya. Lain lagi tentang permasalahan green, bambu bisa menjadi alternatif pengganti kayu yang keberadaannya banyak dipenuhi lewat illegal logging. Terakhir, tentang permasalahan tren ke depan. Dengan keunikan dan estetika yang bisa dibentuk lewat bambu, saya yakin beberapa tahun ke depan pasar bangunan atau furnitur bambu akan meningkat. Hanya masalah waktu dan pemahaman yang tepat akan bambu yang akan menjadikan khalayak umum tidak ragu menggunakan bambu.  
Cukup sudah berfilosofinya, semuanya hanya akan tinggal mimpi jika tidak segera diperjuangkan. Mimpi ini harus dirawat, caranya dengan terus berlatih dan bersahabat dengan bambu. Desain ini saya beri judul ‘Exhibition Hall in My Mind’ karena memang desain ini baru terbangun di angan saya. Desainnya terinspirasi dari bayak karya arsitektur yang telah terbangun tapi bukan dengan material bambu. Desainnya yang cukup tertutup dimaksudkan agar pencahayaan yang dramatis dapat diwujudkan lewat desain lorong skylight.

Konsep desainnya sederhana, lewat exhibition hall yang cukup tertutup, tempat ini ingin menyampaikan bahwa seni yang keindahan tidak terbatas itu ternyata tetap memiliki batas. Hanya keindahan dari Tuhan yang tanpa batas yang dimunculkan lewat turunnya cahaya dari atas. Saat saya membayangkan berada di tengah-tengah ruangan tersebut dan menengadah ke atas, rasanya tidak hanya keindahan yang saya rasakan tapi juga kesejukan dan kedamaian.


Ada satu kekhawatiran saya tentang material yang satu ini. Jika suatu saat ada yang berpendapat : “mas, saya pengen desain yang permanen. Kalo dengan bambu kan cuma sementara saja, umurnya ngga lama.” Kelak saya harap dapat dengan berani menjawabnya seperti ini “bukankah memang semua yang diciptakan manusia itu sifatnya hanya sementara? Kita saja yang ciptaan Tuhan hanya hidup sementara kok, apalagi yang buatan manusia. Bangunan beton pun punya usia, begitu juga dengan bambu. Toh, jika di desain dan dirawat dengan benar, bangunan bambu dapat bertahan lama. Lihat saja karya nenek moyang kita. Kalau mencari yang permanen, bukankah yang abadi dari manusia adalah jasanya dan semangat yang akan terus dikenang dan dihidupi generasi penerusnya begitu juga dengan karya arsitektural akan tetap terkenang lewat pengaruh dan dampak positifnya.”
Bermimpi memang menyenangkan, tapi saya tahu ini semua tidak mudah dilakukan yang di sisi lain berarti tidak mustahil untuk diwujudkan.

2 komentar:

  1. Wah desainnya menarik sekali, Mas. Boleh tanya gak apakah ada tutorial untuk merancang struktur bambu yang kompleks seperti itu di sketch up?

    Terima kasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. proses pembuatan 3D model cukup sederhana. Pertama, dengan tool line, gambarkan struktur bambu yang diinginkan. Lalu dengan plugin 1001 bit tool, konversian garis ke bentuk tabung dengan diameter yang diinginkan. Coba cek link berikut http://www.youtube.com/watch?v=QXfS2AqH_D8

      Hapus